tRbFFwIJXCPvDkjdZ6hw7BrVzKSmv3z6tIDMFXHn
Bookmark

Seni Tradisional Jadi Jembatan Informasi, FK Metra Curahkan Hati di Sarasehan

Suasana sarasehan Forum Komunikasi Media Tradisional (FK Metra) di Hotel Griya Persada, Semarang.
PRAKATA.COM - Forum Komunikasi Media Tradisional (FK Metra) mengadakan sarasehan yang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah di Hotel Griya Persada, Semarang, pada hari Rabu (6/3/2024). Acara ini menjadi platform untuk berbagi dan mengungkapkan perasaan. Berbagai isu dibahas, mulai dari cara memperkenalkan FK Metra, menjaga keberadaannya, mengatur organisasi, membangun kerjasama, hingga memahami materi.

Sebagai contoh, Nur Ali Hakim, Ketua FK Metra Kota Pekalongan, awalnya merasa dihadapkan dengan tantangan baru saat bergabung dengan FK Metra. Sebagai seorang seniman, dia biasa mengkritik, termasuk kebijakan pemerintah. "Namun di FK Metra, kita menjadi pengantar informasi. Ini adalah tantangan baru, nuansa baru, yang membuat kami harus bersedia belajar," katanya.

Nur Ali memberikan contoh ketika dia harus mengunjungi Dinas Kesehatan untuk memahami apa itu stunting. Dia menemukan bahwa untuk memahami stunting, dibutuhkan keinginan untuk belajar dengan baik. Namun, Nur Ali merasa puas ketika dapat menyajikan materi dengan baik. "Menjadi pengantar informasi dan dapat menyampaikan dengan baik, membuat kami memiliki identitas sendiri," katanya.

Ketua FK Metra Kabupaten Temanggung, Sugeng Riyadi, mengakui bahwa persiapan materi adalah hal yang paling penting, agar informasi yang disampaikan tidak salah. Dia memberikan contoh timnya yang harus melalui berbagai tahap sebelum tampil, mulai dari penelitian, pembentukan tim kreatif, penyusunan naskah, latihan, hingga penampilan.

Setiap tahap, katanya, memiliki tantangan sendiri. Termasuk campur tangan berbagai pihak, hingga seniman tradisional yang cenderung malas membaca naskah. "Sering kali, saat sudah tampil dan mendapatkan respons positif dari penonton, mereka terlalu banyak improvisasi, sehingga waktu penampilan menjadi lebih lama," ungkap Sugeng.

Sementara itu, Ketua FK Metra Kabupaten Semarang, Bramantyo, mengungkapkan bahwa kurangnya anggaran sering menjadi keluhan FK Metra. Namun, Bram menyarankan pentingnya membangun hubungan yang saling menguntungkan dan dibutuhkan, antara FK Metra dan Dinas Kominfo sebagai pembina. Dengan demikian, masalah anggaran dapat diatasi.

Ketua FK Metra Provinsi Jawa Tengah, Daniel Hakiki, mengingatkan agar seniman yang tergabung dalam FK Metra tidak malas mempelajari pesan yang akan ditampilkan. Mereka harus menyadari bahwa mereka adalah sumber informasi yang tidak boleh salah. "Jangan menyebarkan berita palsu. Saya ingat, ketika ada kompetisi dengan tema stunting, ada yang penampilan seninya bagus, tapi salah dalam menyampaikan pesan. Stunting disampaikan sebagai penyakit. Itu salah," tegasnya.

Untuk mengatasi seniman yang enggan memahami pesan, Bendahara FK Metra Jawa Tengah, Suhartono, menyarankan agar FK Metra melibatkan generasi muda. "Seni tradisional itu tidak harus dimainkan oleh orang tua. Orang muda juga bisa. Jika yang tua pensiun, dan orang muda tidak melanjutkan, lalu siapa yang akan melanjutkan," katanya.

Akhirnya, Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik Diskominfo Jateng, Moch Faizin berharap FK Metra dapat terus membantu pemerintah, menyampaikan informasi, tanpa berita palsu, tanpa kepentingan terselubung. Karena masih ada masyarakat yang tidak terbiasa menggunakan android, menggunakan media sosial, sehingga lebih mudah menerima informasi yang dipadukan dengan kesenian tradisional.

"Dengan demikian, harapannya, informasi yang disampaikan kepada masyarakat bisa mudah dipahami," pungkasnya. (Ana)

Ikuti Berita Terbaru di Google News