Pasien Caesar Diduga Jadi Korban Malpraktik RSUD Kota Bekasi - Prakata.com | Kata-kata Dalam Berita
tRbFFwIJXCPvDkjdZ6hw7BrVzKSmv3z6tIDMFXHn
Bookmark

Pasien Caesar Diduga Jadi Korban Malpraktik RSUD Kota Bekasi

Ratih Raynada (30), terbaring lemah di tempat tidur.
Prakata.com – Nasib pilu dialami Ratih Raynada (30), seorang ibu empat anak, setelah menjalani operasi caesar di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi. Ratih, warga RT/RW 001/02, Nomor 197, Kelurahan Padurenan, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, sebelumnya sehat dan aktif.

Kini, ia hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur akibat kelumpuhan total yang diduga disebabkan oleh malpraktik medis. Kisah ini bermula ketika Ratih hendak melahirkan anak keempatnya pada September 2023.

Tanpa riwayat penyakit serius, ia datang ke rumah sakit dalam kondisi baik dan masih bisa berjalan sendiri. Namun, setelah menjalani operasi caesar, kondisinya justru memburuk.  

“Awalnya, saya masih bisa berjalan sendiri, bahkan saat ke rumah sakit pun saya berjalan kaki. Namun, saat operasi, saya masih sadar dan merasakan sakit ketika disuntik bius. Saya berteriak karena nyerinya luar biasa, tetapi dokter hanya menyuruh saya mengangkat kaki,” ujar Ratih dengan suara lirih.  

Proses pembiusan dilakukan berulang kali hingga akhirnya bayi Ratih lahir. Namun, setelah sadar dari operasi, ia merasakan tubuhnya berat dan tidak bisa digerakkan seperti biasa. Kondisi ini berlangsung lama, tetapi dokter hanya menyebutnya sebagai efek samping operasi.  

“Waktu itu, saya mengira itu hanya efek obat bius. Namun, hari demi hari, kondisinya semakin parah. Saya tidak bisa berjalan sama sekali. Setelah diperiksa lebih lanjut, katanya tulang belakang saya sudah rusak dan harus dipasang pen,” tutur Ratih.  

Operasi pemasangan pen tulang belakang pun dilakukan. Namun, alih-alih membaik, kondisinya semakin menurun. Rasa sakit menyebar ke seluruh tubuh, bahkan untuk sekadar duduk pun sulit. Ratih merasa tidak mendapatkan penanganan maksimal dari RSUD.  

“Dokter yang menangani selalu berganti-ganti. Yang mengoperasi bukan yang memeriksa, yang memeriksa bukan yang memasang pen. Saya bingung harus berkonsultasi dengan siapa. Pernah saya ingin bertanya kepada dokter yang menangani, tetapi disuruh konsultasi ke dokter lain. Semuanya jadi tidak jelas,” ujarnya.  

Ayah Ratih, Razif Pribudi (64), yang kini menjadi tulang punggung keluarga, mengaku kecewa dan bingung dengan kondisi anaknya. Ia berharap ada kejelasan dan keadilan atas penderitaan yang dialami putrinya.  

“Kami ini rakyat kecil, tidak bisa banyak bicara. Namun, kami hanya meminta keadilan. Anak saya datang dalam keadaan sehat, sekarang malah lumpuh. Ia kehilangan pekerjaan, anak-anaknya terpaksa putus sekolah. Hidup kami menjadi sulit,” kata Razif sambil menahan tangis.  

Saat ini, Ratih hanya bisa terbaring lemah di rumah tanpa kepastian penyebab pasti penyakitnya. Pihak rumah sakit sempat memberikan diagnosis berbeda-beda, mulai dari tuberkulosis tulang hingga saraf yang terputus.  

“Saya hanya ingin bisa berjalan lagi, bekerja lagi, dan mengurus anak-anak saya. Hidup kami berubah total sejak operasi itu. Jika memang ada kesalahan, tolong pertanggungjawabannya,” harap Ratih.  

Pihak keluarga telah beberapa kali meminta penjelasan dari dokter yang menangani, tetapi belum mendapat jawaban memuaskan. Mereka berharap kasus ini mendapat perhatian serius agar tidak ada pasien lain yang mengalami hal serupa. (Yan)

Ikuti Berita Terbaru di WhatsApp Channel