RSUD Kota Bekasi Bantah Lakukan Malpraktik, Direktur: "Kami Bukan Tuhan" - Prakata.com | Kata-kata Dalam Berita
tRbFFwIJXCPvDkjdZ6hw7BrVzKSmv3z6tIDMFXHn
Bookmark

RSUD Kota Bekasi Bantah Lakukan Malpraktik, Direktur: "Kami Bukan Tuhan"

Direktur RSUD Kota Bekasi, dr. Kusnanto Saidi.
Prakata.com – Terkait dugaan malpraktik pada operasi caesar yang dialami Ratih Raynada (30), pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi akhirnya angkat suara. Direktur RSUD Kota Bekasi, dr. Kusnanto Saidi, menegaskan bahwa pihaknya telah memberikan penanganan sesuai dengan prosedur medis yang berlaku.  

Menurut dr. Kusnanto, pasien atas nama Ratih Raynada memang menjalani operasi caesar di rumah sakit tersebut pada September 2023. Namun, kontrol pascaoperasi baru dilakukan pada Desember 2023, atau sekitar tiga bulan setelah tindakan operasi.  

“Pasien baru kembali kontrol ke rumah sakit pada Desember 2023. Selama itu, tidak ada catatan kontrol atau keluhan yang disampaikan langsung kepada kami. Jadi, ada jeda yang cukup panjang,” ujarnya saat dikonfirmasi via seluler, Minggu (29/6/2025).  

Pihak rumah sakit, lanjut Kusnanto, juga telah melakukan pertemuan dengan keluarga pasien. Namun, ia menilai permintaan keluarga pasien terlalu tinggi, sementara tenaga medis sudah berusaha semampu mereka.  

“Ayah pasien ingin anaknya bisa sembuh seperti sedia kala. Namun, kita ini bukan Tuhan yang bisa menyembuhkan seketika. Kami sudah berupaya maksimal sesuai kapasitas dan keilmuan kami,” kata Kusnanto.

Sebelumnya, Ratih mengaku bahwa saat operasi caesar dilakukan, ia masih dalam kondisi sadar. Bius yang disuntikkan tidak bekerja efektif, sehingga ia merasakan nyeri hebat saat proses pembedahan berlangsung.  

“Saya masih sadar ketika pisau menyayat perut. Saya berteriak kesakitan, tetapi hanya disuruh mengangkat kaki. Suntikan diberikan berulang kali, tetapi rasa sakit tetap terasa,” kenangnya.  

Pascaoperasi, kondisinya terus memburuk. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tulang belakangnya rusak dan harus dipasang pen. Namun, setelah pemasangan pen, bukannya membaik, Ratih justru merasa semakin parah.  

Yang membuat keluarga kecewa adalah penanganan yang dinilai tidak konsisten. Dokter yang mengoperasi berbeda dengan yang melakukan kontrol. Diagnosis pun berubah-ubah: dari TB tulang, saraf terputus, hingga gula darah tinggi.  

“Awalnya hanya kaki yang sakit, tetapi sekarang seluruh badan saya terasa nyeri. Bahkan duduk pun sulit. Saya bingung karena setiap kali ke rumah sakit, diagnosisnya berbeda-beda,” ujar Ratih.  

Hingga kini, RSUD Kota Bekasi belum mengeluarkan pernyataan resmi. Namun, dr. Kusnanto menegaskan bahwa pihaknya terbuka terhadap proses evaluasi. Mereka akan mengumpulkan informasi dari dokter terkait dan segera menggelar konferensi pers.  

“Jika memang ada yang harus dievaluasi, kami siap. Namun, semua perlu dilihat secara objektif,” tutupnya. (Yan)

Ikuti Berita Terbaru di WhatsApp Channel