tRbFFwIJXCPvDkjdZ6hw7BrVzKSmv3z6tIDMFXHn
Bookmark

Masjid Cheng Hoo Punya Arsitektur Unik Mirip Kelenteng, Simbol Keberanian dan Keragaman

Masjid Cheng Hoo di Purbalingga dengan Gaya Arsitektur Tionghoa.
PRAKATA.COM - Di Kabupaten Purbalingga, terdapat sebuah masjid yang unik, Masjid Cheng Hoo, yang pada pandangan pertama menyerupai kelenteng. Hal ini sering kali mengecoh pengunjung yang mengira bahwa struktur tersebut adalah tempat ibadah lain.

Masjid ini, yang sebenarnya bernama Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo, merupakan simbol dari Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dan terletak di Desa Selanggeng, Kecamatan Mrebet.

Berlokasi di pinggir jalan utama Purbalingga-Bobotsari, masjid ini berdiri megah di samping area peristirahatan Bobotsari. Dengan arsitektur yang mirip kelenteng, tempat ibadah Konghucu, banyak yang tidak menyadari bahwa bangunan ini adalah masjid.

Namun, Mochamad Nur Faizin, Ketua Takmir masjid, mengungkapkan bahwa begitu pengunjung melihat tulisan Allah di atas bangunan, mereka akan menyadari kebenarannya.

Dominasi warna merah pada masjid ini bukan hanya mencerminkan estetika kelenteng, tetapi juga filosofi keberanian, seperti yang dijelaskan oleh Faizin. Ia menekankan pentingnya berani berkorban dan berbuat baik.

“Kita harus berani berkorban. Harus berani berbuat, tapi dengan catatan, berbuat baik,” ujar Faizin.

Setelah mengetahui fakta ini, banyak warga yang tertarik untuk berkunjung dan beribadah di masjid, yang kini menjadi tempat perhentian populer bagi para pelancong.

Masjid ini diresmikan pada tahun 2011, setelah dimulai pembangunannya pada tahun 2005. Hery Susetyo, seorang mualaf asal Bobotsari dan anggota PITI, adalah inisiator pembangunan masjid yang unik ini.

Dengan bantuan dari Koperasi Simpan Pinjam Jasa (Kospin Jasa), pembangunan masjid yang sempat terhenti akhirnya dapat diselesaikan.

Masjid ini awalnya bernama Masjid PITI An Naba dan dibangun di atas tanah seluas 750 meter persegi. Nama masjid diubah untuk menghormati Cheng Hoo, seorang pelaut Tiongkok Muslim yang terkenal. 

Masjid ini sering ramai dikunjungi oleh para pengguna jalan yang ingin beristirahat dan beribadah, terutama saat waktu salat tiba.

Ali Roidul Maknun, seorang warga yang sering menggunakan masjid ini untuk beristirahat dan beribadah dalam perjalanannya, terkesan dengan desain unik masjid yang menggabungkan gaya Tionghoa dengan elemen Islam.

Baginya, lokasi strategis dan keunikan arsitektur masjid menjadikannya tempat yang ideal untuk berhenti sejenak. 

"Kalau saya sering lewat sini, kebetulan tempatnya strategis. Tempatnya bisa untuk salat, bisa untuk (mampir) makan, bisa untuk istirahat. Tempatnya enak dan unik," kata dia.(Gud)

Ikuti Berita Terbaru di Google News