tRbFFwIJXCPvDkjdZ6hw7BrVzKSmv3z6tIDMFXHn
Bookmark

Petakan Lokasi Rawan Banjir, Bandung Butuh Kolam dengan Kedalaman Empat Meter

Bandung butuh kolam dengan kedalaman empat meter lagi sebagai solusi banjir.

PRAKATA.COM - Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung, Didi Ruswandi, menjelaskan bahwa Kota Bandung memiliki 12 sub daerah aliran sungai. Di mana terdapat 14 sungai yang relatif tidak mengalami genangan.

“Genangan terbesar terjadi di Cinambo dengan volume 24.000 meter kubik. Jika ini diselesaikan dengan kolam retensi, kita membutuhkan kolam dengan kedalaman 4 meter, di mana setiap kedalamannya bisa menampung 6.177 meter kubik,” papar Didi.

Dia juga menyebutkan beberapa daerah yang sering mengalami banjir, seperti Pasar Induk Gedebage dan persimpangan Jalan Soekarno Hatta. Ada juga beberapa daerah yang relatif besar seperti Cicadas, Rancabolang, Margahayu, Kawaluyaan, dan flyover Kiaracondong yang volume banjirnya mencapai sekitar 3.256 meter kubik.

“Jika diselesaikan dengan kolam retensi seluas 816 meter kubik, kita membutuhkan kolam dengan kedalaman 4 meter,” jelasnya.

Selain itu, Didi menyebutkan bahwa untuk mengatasi masalah banjir, rencananya setiap RT akan memiliki 10 sumur imbuhan dangkal. “Tahun ini kita menargetkan ada 24 sumur imbuhan dalam. Biasanya setiap tahun kita membuat 10 sumur imbuhan dalam,” ungkapnya.

Pada saat musim hujan tiba, banjir memang menjadi tantangan besar yang harus dihadapi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung. Untuk itu, Pemkot Bandung berencana untuk segera melakukan audit pada beberapa lokasi yang berpotensi banjir.

“Pemkot Bandung telah melakukan berbagai upaya, seperti pembuatan kolam retensi, sodetan, rumah pompa, sumur resapan, dan lainnya. Meski demikian, banjir masih sering terjadi di beberapa area,” kata Sekretaris Daerah Kota Bandung, Ema Sumarna, pada hari Senin (19/2/2024).

Menurut Ema, beberapa faktor yang menyebabkan banjir di Kota Bandung antara lain drainase yang sempit atau dangkal, perilaku membuang sampah sembarangan, sedimentasi sungai, dan kurangnya kontrol yang diterapkan secara luas.

“Drainase yang sempit dan dangkal terjadi di Ujungberung. Untuk menanggulanginya, kita perlu melakukan kegiatan rutin di luar program. Kita harus membersihkan semua drainase di Kota Bandung. Kita bisa bekerja sama dengan CSR untuk menyelesaikan masalah ini,” jelasnya. (gud)

   
Ikuti Berita Terbaru di Google News