PRAKATA.COM - Presiden Indonesia, Joko Widodo, mengumumkan bahwa negara tersebut sedang bergerak maju dengan pendekatan sistematis dan inovatif untuk mencapai penyerapan karbon bersih di sektor kehutanan dan lahan pada tahun 2030. Dalam pidatonya di sesi Presidensi tentang Perlindungan Alam untuk Iklim, Kehidupan, dan Mata Pencaharian di World Climate Action Summit (WCAS) COP28 di Dubai, Jokowi menekankan bahwa Indonesia menggabungkan aspek ekonomi dan sosial serta kerjasama dengan komunitas lokal dalam pengelolaan hutan yang berkelanjutan.
“Sektor kehutanan menjadi pilihan kami karena 34% desa di Indonesia berada di perbatasan atau di dalam hutan, dan jutaan penduduk Indonesia bergantung pada sektor ini. Untuk mencapai target ini, kami mengambil langkah-langkah sistematis dan inovatif,” kata Jokowi.
Presiden Jokowi menjelaskan berbagai upaya yang telah dilakukan Indonesia untuk mencapai tujuan ini. Salah satunya adalah penerapan moratorium permanen pembukaan hutan yang mencakup sekitar 66 juta hektare hutan primer dan lahan gambut sejak tahun 2019.
“Kami juga telah merehabilitasi 3 juta hektare lahan terdegradasi dan 3 juta hektare lahan gambut. Sekarang hasilnya mulai terasa, tingkat deforestasi Indonesia berkurang 75%, terendah dalam 20 tahun terakhir. Tahun depan, kami menargetkan rehabilitasi 600 ribu hektare lahan mangrove,” ungkapnya.
Presiden Jokowi menekankan pentingnya hutan dan lahan sebagai bagian dari aksi iklim dan pentingnya dukungan negara berkembang dalam pengelolaan hutan dan lahan secara berkelanjutan. “Dukungan ini harus didasarkan pada kebutuhan riil negara pemilik hutan. Kami menghargai dukungan PEA dalam membangun Mohamed bin Zayed International Mangrove Research Center di Indonesia,” ujarnya.
Presiden Jokowi juga menegaskan bahwa hambatan perdagangan bukanlah solusi dalam mengatasi perubahan iklim dan kedua hal tersebut dapat berjalan berdampingan. “Ini penting untuk membangun kepercayaan dan kolaborasi antara utara dan selatan global, serta mendorong pembangunan berkelanjutan di negara berkembang,” kata Jokowi.
Presiden Jokowi mengajak para pemimpin negara untuk terus berkolaborasi dan menginisiasi kerja sama kehutanan. “Indonesia telah menginisiasi kerja sama trilateral kehutanan, Indonesia, Brasil, dan Republik Demokratik Kongo. Dan kami juga siap untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam pengelolaan hutan dan lahan,” tutur Presiden Jokowi.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi didampingi oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury. (ait/gud)