![]() |
| Calon Ketua DPD PAN Kota Bekasi, Lukman Hakim alias Alex Ziblo. |
Oleh: Ali Zaenal
Kader Muda Partai Amanat Nasional (PAN)
PADA acara Forum Silaturahmi yang digelar di Kota Bekasi pada 30 November 2025, Lukman Hakim selaku tuan rumah mengungkapkan kesedihannya karena kursi DPR RI pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2024 gagal diraih.
Pasalnya, menurut pria yang akrab disapa Alex Ziblo ini, target meraih kembali kursi DPR RI bukan sekadar ambisi. Ia menyebutnya sebagai sebuah simbol kebangkitan, merebut kembali tanah yang hilang (reclaiming lost ground) yang dulu pernah menjadi kebanggaan partai berlambang matahari terbit itu. Lukman Hakim membaca peluang itu dengan sangat realistis.
Berikut analisis lima faktor kunci:
1. Modal Paling Krusial: Basis Grassroot yang Nyata
Selama bertahun-tahun, PAN Kota Bekasi dikenal kuat secara struktur tetapi rapuh di akar rumput. Lukman muncul sebagai salah satu figur yang disebut-sebut:
- Memiliki jaringan grassroot yang kuat.
- Diakui secara organik oleh Dewan Pimpinan/Cabang (DP/PC).
- Tidak bermain "satu orang saja" (one man show), tetapi berorientasi pada kerja tim.
Basis riil ini penting karena kursi DPR RI di daerah pemilihan (dapil) Kota Bekasi–Depok tidak bisa direbut hanya dengan lobi elite, tetapi harus melalui pemerataan suara di tempat pemungutan suara (TPS). Lukman ingin mengubah pola menjadi mobilisasi dari bawah ke atas (bottom-up mobilization).
2. Momentum Musda: Legitimasi Politik untuk Mendapat Mandat Pusat
Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PAN yang kuat, memiliki legitimasi dan kepercayaan (trust) dari Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) dan Dewan Pimpinan Pusat (DPP), dapat mendapat restu untuk mengusung calon legislatif (bacaleg) DPR RI yang kompetitif.
Jika Lukman menang dalam Musyawarah Daerah (Musda) dan struktur solid, maka DPP akan menilai DPD Kota Bekasi siap memberikan suara signifikan. Hal ini membuka jalan untuk menaikkan kuota bacaleg DPR RI PAN dari Kota Bekasi. Jadi, target DPR RI adalah konsekuensi dari konsolidasi Musda, bukan mimpi kosong.
3. Kegagalan 2024 Menjadi Peluang
PAN kehilangan kursi DPR RI dari dapil ini karena beberapa hal: fragmentasi internal, penempatan personalia caleg yang kurang menguasai kondisi Kota Bekasi, caleg yang maju tidak memiliki operasi lapangan (ground operation) yang memadai, serta suara PAN di Bekasi tidak terkonsolidasi sepenuhnya.
Lukman membaca ini sebagai area perbaikan, bukan area trauma. Saat partai lain masih bermain dengan figur eksternal, ia menawarkan narasi: "Kembalikan kursi DPR RI lewat konsolidasi kader lokal." Narasi ini sangat menarik di telinga kader akar rumput PAN.
4. Bekasi sebagai Mesin Suara yang Belum Dioptimalkan
Kota Bekasi adalah lumbung suara terbesar kedua di Jawa Barat setelah Bandung Raya. Fakta lapangannya adalah: jumlah pemilih besar, wilayah sangat urban, segmentasi pemilih yang mudah berpindah (swing voter) tinggi, dan PAN memiliki pengenalan merek (brand recognition) yang cukup stabil.
Masalah PAN sebelumnya bukan tidak punya peluang, tetapi mesin partai di tingkat akar rumput kurang maksimal. Lukman menawarkan solusi: mengaktifkan DP/PC/Ranting secara terukur, mengadakan acara politik berkelanjutan (bukan insidental), kampanye digital terstruktur melalui komunitas lokal, serta pendekatan "politik pelayanan" (bukan sekadar pencitraan musiman).
Jika mesin ini hidup, kursi DPR RI bukan hal yang mustahil.
5. Ambisi Pribadi yang Rasional: PAN Perlu Figur Penarik Suara
Setiap DPD butuh figur pengumpul suara (vote getter) yang bisa mengangkat semua level (DPRD Kota, Provinsi, hingga RI). Di PAN Kota Bekasi, figur seperti itu belum ada secara stabil.
Lukman membaca peluang: jika ia sukses di Musda, jika ia mampu membangun loyalitas kader, dan jika ia menghidupkan kembali "Gerakan PAN Bekasi", maka ia bukan hanya Ketua DPD, tetapi juga menjadi panutan (role model) kader lokal yang memahami pentingnya memiliki kursi di Senayan. PAN pusat juga cenderung mendukung pola seperti ini: kader naik ke DPR lalu suara lebih stabil dan struktur daerah bangkit.
Target Lukman Hakim untuk menghadirkan kembali kursi DPR RI yang hilang dari Dapil Kota Bekasi–Depok adalah: bukan sekadar ambisi politik pribadi, tetapi upaya memulihkan marwah PAN Kota Bekasi, membangkitkan mesin partai tingkat ranting yang lama tertidur, membangun kepercayaan pusat melalui kemenangan di DPR RI, dan menjadikan Kota Bekasi sebagai basis biru muda kembali.
Dengan basis nyata, tim yang solid, dan strategi akar rumput, target itu realistis, bukan angan-angan. (*)
Ikuti Berita Terbaru di WhatsApp Channel


