![]() |
| Seorang barista sedang menyeduh kopi dalam gelaran Bandung Coffee Carnival. |
Prakata.com - Geliat coffee culture atau budaya ngopi di Kota Bandung dinilai telah mencapai tingkat kematangan yang signifikan. Hal ini ditegaskan oleh Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, saat membuka gelaran Bandung Coffee Carnival di Summarecon Mal Bandung, Minggu (30/11/2025).
Farhan mengungkapkan, keunggulan geografis Jawa Barat yang dikelilingi daerah pegunungan menciptakan tanah yang subur untuk perkebunan kopi dan cokelat. Posisi Bandung sebagai pusat urban kemudian menjadi pasar konsumen yang mendorong terciptanya ekosistem bisnis yang solid.
“Kondisi alam kita mendukung, dengan pegunungan di sekeliling Bandung yang menjadi lahan ideal untuk hortikultura seperti kopi dan cokelat. Sebagai kota metropolitan, kami bertindak sebagai konsumen yang menggerakkan roda ekonomi. Alhasil, ekosistem bisnis kopi terbangun sangat baik dan budaya ngopinya pun sangat kuat di sini,” papar Farhan.
Menurutnya, industri kopi lokal tidak hanya tumbuh, tetapi sudah matang. Seluruh mata rantai, mulai dari petani, roaster, barista, hingga pemilik kedai, telah membentuk jejaring yang saling mendukung dan menguatkan.
“Budaya kopinya sangat hidup. Ekosistem bisnisnya sudah matang, industrinya pun demikian. Itu sebabnya festival-festival kopi seperti ini sangat bagus,” ujarnya.
Meski kedai kopi semakin menjamur, Farhan menekankan bahwa setiap outlet yang bermunculan tetap memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian kota, khususnya dalam menciptakan lapangan kerja.
“Berapa pun banyaknya kedai kopi di Bandung, semuanya membuka peluang kerja. Kedai kopi adalah wujud nyata kewirausahaan. Di sisi lain, ia menciptakan lapangan kerja formal sekaligus peluang bagi pekerja paruh waktu atau gig workers,” jelasnya.
Farhan juga menyoroti aspek kesejahteraan para pekerja di industri ini sebagai indikator kesehatan ekosistem kopi Bandung. “Jika para karyawannya saja sejahtera, apalagi pemilik usahanya?” tandasnya.
Ikuti Berita Terbaru di WhatsApp Channel


