![]() |
| Menteri Keuangan Republik Indonesia, Purbaya Yudhi Sadewa. Foto: Ilustrasi/AI |
RAKYAT kini seolah memiliki "bad boy" asuhan
Prabowo Subianto. Purbaya Yudhi Sadewa gencar memberikan culture shock
kepada tikus-tikus negara yang menggerogoti uang rakyat. Akankah Purbaya
menjadi sosok penindak yang efektif sekaligus pertahanan diri bagi politik
kedaulatan dan kemandirian Prabowo?
Kesan pertama yang terlihat adalah pongah dan jumawa.
Begitulah Menteri Keuangan Indonesia, Purbaya Yudhi Sadewa, menampilkan
perangainya yang tengil dan ceplas-ceplos di hadapan publik. Baru seminggu
dilantik Prabowo, Purbaya, seorang praktisi ekonomi berbasis teknokrat,
meyakinkan rakyat bahwa ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keberanian mengambil
kebijakan yang terarah dan terukur dapat menyelamatkan atau setidaknya
memperbaiki perekonomian nasional.
Purbaya tidak sekadar berbicara angka dan statistik. Bukan
pula hanya tentang finansial dan moneter. Lebih dari itu, ada kearifan dan
terobosan untuk tidak mengandalkan kebijakan fiskal sebagai fondasi utama
keuangan negara. Purbaya lebih tajam dengan mengangkat ekonomi Indonesia pada
pendekatan transparansi dan akuntabilitas. Pengelolaan sistem ekonomi
kapitalistik yang mengedepankan efisiensi dan efektivitas, dimodifikasi agar
berorientasi pada ekonomi bermazhab negara kesejahteraan. Ada prinsip keadilan,
pemerataan, dan pertumbuhan yang lebih dari sekadar kemandirian, yakni upaya
merangsang daya beli dan ekonomi produktif rakyat.
Kebijakan ekonomi Purbaya dinilai publik membawa harapan
yang cerah, namun tidak mudah. Dalam arus besar politik yang dikendalikan
mafia, Ekonomi Kerakyatan bagai mendaki jalan terjal dan curam karena
menghadapi state organized crime. Tidak tanggung-tanggung, tidak hanya
kelompok pengusaha tertentu, politisi dan birokrat pun ikut merampok uang
rakyat. Diperlukan gerakan rakyat untuk mereduksi penyimpangan yang dilakukan
pejabat. Sebaik apa pun visi presiden dalam pembangunan ekonomi, akan tetap
sulit diwujudkan selama masih bercokol para penjahat berkedok menteri, kepala
badan setingkat menteri, pemimpin lembaga strategis, dan pembantu-pembantu
presiden lainnya.
Sebenarnya, hal itu tidak boleh menjadi hambatan dan
tantangan bagi Purbaya saja, atau bahkan bagi presiden sekalipun. Persoalan
kultur dan struktur yang kerap menggerogoti ekonomi nasional menegaskan bahwa
upaya menyehatkan keuangan negara justru terganjal oleh kalangan internal
pemerintahan sendiri. Seperti yang dialami Purbaya, langkah politik dan ekonomi
populis yang sejatinya merepresentasikan kebijakan Prabowo, malah ditentang
oleh pembantu-pembantu presiden lainnya. Sebut saja Luhut, Bahlil, Zulhas, dan
lain-lain, termasuk kepala-kepala daerah yang diduga korup dan manipulatif,
serta memiskinkan dan membodohi rakyat, negara, dan bangsa.
Namun, bukan Purbaya namanya jika tidak berdaya. Bukan
Purbaya namanya jika tidak menggempur segala tipu daya dan politik sandera.
Bukan juga semata karena di belakangnya ada kuasa sang presiden. Purbaya tetap
berjibaku dan militan menghadapi kejahatan keuangan negara yang bersifat
konspiratif, yang beririsan dengan lingkaran luar sekaligus lingkaran dalam
kekuasaan presiden dan mantan presiden.
Gas pol dan menyala! Purbaya Yudhi Sadewa berdaya, menggempur tipu daya dan politik sandera.
Bekasi Kota Patriot,
1 Jumadil Awal 1446 H / 23 Oktober 2025.


