PT Jasamarga Transjawa Gelar Temu Pelanggan Wilayah Jawa Tengah. |
Dengan
mempertimbangkan cakupan wilayah yang saling terkoneksi, kegiatan temu
pelanggan ini berkolaborasi antara PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT) melalui
Representative Office 2 Semarang Seksi A,B,C, PT Jasamarga Semarang Batang
(JSB), PT Trans Marga Jateng (TMJ), dan PT Jasamarga Solo Ngawi (JSN).
Acara yang
dikemas dalam kegiatan Gathering dan Talkshow ini, mengusung tema “Keselamatan
Berkendara, Menjadi Budaya Pengendara Berwibawa”. Kegiatan ini melibatkan
kurang lebih 150 peserta dari stakeholder terkait yaitu Kepolisian, Dinas
Perhubungan, Badan Pengatur Jalan Tol, Organda Jateng, Kadin Jateng, Aptrindo,
perwakilan jasa transportasi, pengusaha kuliner Jawa Tengah, dan komunitas
pengendara yang sering melintas di Ruas Jalan Tol Batang-Semarang, Jalan Tol
Semarang Seksi A,B,C, Jalan Tol Semarang-Solo dan Jalan Tol Solo-Ngawi.
Direktur
Operasional PT Jasamarga Transjawa Tol Pratomo Bimawan Putra dalam paparannya
menyampaikan jumlah kendaraan yang melintas di area Tol Jawa Tengah, ”Dilihat
dari data jumlah kendaraan yang melintas pada periode Januari hingga Oktober
2024 di Tol Jawa Tengah, kendaraan Golongan 1 yaitu kendaraan kecil masih
mendominasi sebanyak 52,3 juta kendaraan atau 83,1%, sementara kendaraan Non
Golongan 1 sebanyak 10,5 juta atau 16,9%,” ujarnya.
Bima juga
menyebutkan meskipun jumlah kendaraan non golongan 1 yang melintas di jalan tol
Jawa Tengah hanya sebesar 16,9% namun jumlah kendaraan yang terlibat
kecelakaaan tertinggi adalah kendaraan truk yaitu sebesar 49%, lebih tinggi
dibandingkan kendaraan kecil 43% dan Bus 8%.
Selain itu, Jenis
kecelakaan tertinggi di Jalan Tol Wilayah Jawa Tengah adalah Tabrak
Depan-Belakang sebesar 64%. Kecelakaan Tabrak Depan-Belakang mengindikasikan
adanya disparitas atau kesenjangan kecepatan akibat kendaraan overspeed dan
kendaraan underspeed yang banyak dialami oleh Truk Over Dimension Over Load
(ODOL).
Untuk
meningkatkan keselamatan di jalan tol, Jasamarga Transjawa Group Wilayah Jawa
Tengah telah melakukan upaya dengan penerapan Incident Management System (IMS),
Advanced Vehicle Control and Safety System (AVCSS), pemasangan sarana pendukung
keselamatan jalan seperti Weigh In Motion (WIM), Speed Camera, Jalur Penyelamat
Darurat, dan Crash Cushion, memastikan Standar Pelayanan Minimal (SPM) jalan
tol terpenuhi, melakukan peningkatan kualitas jalan tol, serta upaya-upaya
lainnya yang dapat meningkatkan keselamatan di jalan tol seperti kegiatan
operasi bersama stakeholder maupun sosialisasi kepada pengguna jalan.
Kepala Bagian
Pembinaan Operasional Ditlandas Polda Jateng AKBP Aidil Fitri Syah mengutarakan
perbandingan tingkat fatalitas kecelakaan, “Jika dibandingkan dengan korban
meninggal pada masa Covid-19, jumlah korban akibat kecelakaan kendaraan lebih
banyak daripada korban Covid-19. Bahkan kecelakaan adalah pembunuh nomor 2 di
dunia setelah penyakit jantung,“ tuturnya.
Aidil
melanjutkan,” Untuk mengurangi angka kecelakaan, kita harus memperhatikan 5
pilar sistem berkeselamatan yaitu pilar manajemen keselamatan jalan, pilar
jalan yang berkeselamatan, pilar kendaraan yang berkeselamatan, pilar pemakai
jalan yang berkeselamatan dan pilar tanggap darurat pasca kecelakaan,“ urainya.
Senior
Investigator KNKT Ahmad Wildan memaparkan fenomena kecelakaan di jalan tol,
“Saat ini, pola kecelakaan di jalan mengalami perbedaan. Sebelum adanya Jalan
Tol Trans Jawa, kendaraan melaju lambat dengan layanan kelas B dan C. Namun
setelah tersedia fasilitas jalan tol dengan layanan kelas A, masyarakat
mengalami euforia dengan memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi,”
ungkapnya.
Wildan juga
menyampaikan imbauan kepada para pengusaha truk agar memperhatikan laju
kendaraannya karena kecelakaan di jalan tol juga didominasi oleh kendaraan truk
yang berjalan lambat atau underspeed yang memicu kecelakaan tabrak depan dan
belakang,“ imbuhnya.
Wildan
melanjutkan langkah terdekat yang bisa dilakukan untuk mengurangi angka
kecelakaan yaitu dengan melakukan edukasi secara masif kepada para pengendara
truk termasuk cara mengemudi yang benar dan pemahaman terhadap kondisi
kendaraannya. Selain itu, Wildan menegaskan filosofi dasar konsep keselamatan
berkendara di jalan tol yaitu dengan fokus pada mitigasi apa yang harus
dilakukan terhadap kondisi yang ada.
Dalam acara ini,
Anggota BPJT Unsur Masyarakat Tulus Abadi memberikan tanggapannya, “Jalan tol
adalah jalan berbayar yang dikelola oleh Badan Usaha Jalan Tol (BUJT). Fungsi
regulator disini untuk mengontrol BUJT agar dapat memenuhi Standar Pelayanan
Minimal (SPM) yang mempunyai 8 substansi. Salah satu komponen terpenting dalam
SPM adalah faktor keselamatan. BUJT harus memenuhi indikator keselamatan agar
secara keseluruhan SPM dapat tercapai dan kedepannya menjadi pertimbangan pada
penyesuaian tarif tol,” ujarnya.
Selanjutnya Tulus
menjelaskan, “Di Tahun 2023, sebanyak 366 orang meninggal dunia akibat kecelakaan
kendaraan di jalan tol seluruh Indonesia. Angka ini menurun 16 % jika
dibandingkan Tahun 2022. Diharapkan di Tahun 2024 ini angka kecelakaan juga
dapat menurun,” tuturnya.
Wakil Ketua
Bidang Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah MTI Pusat Djoko Setijowarno juga
memberikan tanggapannya, “Mencermati kecelakaan kendaraan yang akhir-akhir ini
terjadi di jalan tol, faktor kelelahan pengemudi harus menjadi perhatian dalam
investigasi. Pemerintah harus menyiapkan tempat istirahat yang memadai dan
aman,” ungkapnya.
Djoko
melanjutkan, “ Ini menjadi persoalan pemerintah dan kita bersama agar tercipta
keselamatan berkendara di jalan tol. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah
dapat membuat standarisasi peraturan agar kesejahteraan pengemudi truk dapat
terjamin. Beberapa poin yang perlu diatur seperti upah standar mengemudi, waktu
mengemudi dan standar mengemudi,” tutupnya.
Dinas Perhubungan
Provinsi Jateng Erry Derima Ryanto dalam dialognya mengajak kepada kita semua
selaku pengguna jalan tol untuk melakukan upaya-upaya mandiri agar tercipta
keselamatan berkendara,
“Badan Usaha
Jalan Tol bersama stakeholder terkait sudah menjalankan program-program untuk
menghindari kecelakaan namun tingkat kecelakaan masih tinggi. Kami mengajak
seluruh pengguna jalan untuk melakukan upaya-upaya mandiri seperti pengecekan
komponen kendaraan, memperhatikan peraturan lalu lintas dan peka terhadap
kondisi diri,” ujarnya.
Sebagai salah
satu pengelola jalan tol Wilayah Tengah, Direktur Utama PT Trans Marga Prajudi menyampaikan harapan atas
dilaksanakannya acara temu pelanggan ini. “Acara temu pelanggan ini dapat
dijadikan bentuk komitmen pengelola jalan tol untuk memberikan edukasi
berkelanjutan serta dukungan bagi para stakeholder agar dapat mewujudkan
keselamatan berkendara sehingga menciptakan kenyamanan bagi pengguna jalan
tol,” ujarnya. (Jiz)