tRbFFwIJXCPvDkjdZ6hw7BrVzKSmv3z6tIDMFXHn
Bookmark

Golkar Butuh Pemimpin yang Berpengalaman, Gibran Rakabuming Raka Belum Siap?

Gibrang Rakabuming Raka.
PRAKATA.COM - Usep S. Ahyar, seorang peneliti dari Populi Center, berpendapat bahwa Gibran Rakabuming Raka belum memiliki kualifikasi yang cukup untuk memegang kendali partai besar seperti Golkar.

“Menurut saya, untuk memimpin partai sebesar Golkar, dibutuhkan seseorang yang memiliki pengalaman dan karakter yang kuat. Gibran belum terbukti memiliki kualitas tersebut. Jika harus memilih, saya lebih menyarankan Jokowi,” ujarnya, Jumat.

Usep menekankan bahwa Golkar adalah partai besar yang tidak hanya bergantung pada ketua umum sebagai figur sentral dalam kepemimpinan, tetapi juga memiliki banyak kader berkualitas yang tersebar di seluruh organisasi.

Dia menyarankan agar tidak menganggap Golkar sama dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yang saat ini dipimpin oleh Kaesang Pangarep, adik Gibran. Menurutnya, organisasi Golkar sudah mapan dan matang, dan tidak bisa begitu saja diambil alih.

Usep berpendapat bahwa Gibran belum terbukti mampu mengelola berbagai faksi dan kepentingan yang ada di dalam partai, serta menghadapi berbagai dinamika yang muncul. Gibran dianggap belum mampu meredam atau menyelesaikan masalah-masalah tersebut.

“Golkar adalah organisasi besar, partai besar, dengan mekanisme yang sudah mapan dan matang. Oleh karena itu, dibutuhkan seorang pemimpin yang pandai mengelola konflik. Di Golkar, konflik ini sudah teruji, dan mekanisme partainya selalu berjalan dan selalu terselesaikan,” jelasnya.

Dia melanjutkan, Golkar selalu menghadapi gejolak konflik. Ada begitu banyak tokoh, masing-masing memiliki pengikutnya sendiri, yang akhirnya menimbulkan konflik. Menurutnya, Golkar tidak memiliki tokoh sentral seperti PDIP, Gerindra, atau Demokrat.

“Jadi, konflik ini tidak harus selalu dihilangkan seperti di partai-partai yang memiliki tokoh sentral. Mereka yang berkonflik atau menciptakan konflik disingkirkan. Tapi di Golkar, saya melihat konflik ini justru dikelola dan menjadi kekuatan yang diperlukan oleh organisasi seperti Golkar,” jelasnya.

Menurutnya, politisi Golkar yang muncul sebagai calon ketua umum Golkar, seperti Airlangga Hartarto, Bambang Soesatyo, Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Bahlil Lahadalia, dianggap sebagai kader yang cukup layak menjadi pemimpin Golkar, daripada Gibran Rakabuming Raka.

Sebab menurutnya, jika Gibran ingin maju menjadi ketua umum Golkar, minimal harus menunggu satu generasi lagi.

Bahkan, menurutnya, Gibran juga dinilai masih di bawah kapasitas tokoh muda Golkar lainnya seperti Maman Abdurrahman, Ahmad Doli Kurnia, Ace Hasan Syadzily, dan tokoh muda lainnya.

“Gibran itu lebih rendah lagi, saya kira tingkatannya dari segi usia dan kematangan lebih rendah lagi. Belum terlihat kemandirian politik dari Gibran,” tegasnya.

Sebelumnya, bursa calon ketua umum Partai Golkar semakin ramai dibicarakan, terutama setelah kehadiran Gibran Rakabuming Raka yang juga putera sulung Presiden Joko Widodo yang digadang-gadang bakal menjadi calon potensial pada Munas Golkar yang rencananya akan dilaksanakan pada Desember 2024.

Nama Gibran pertama kali disebut dalam bursa kepemimpinan Partai Golkar oleh Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari yang melihat dua potensi besar dalam diri Gibran.

Pertama, Gibran akan segera menduduki jabatan strategis sebagai orang nomor dua di Indonesia saat dilantik menjadi wakil presiden secara resmi pada Oktober 2024.

Kedua, Partai Golkar di masa depan harus berorientasi pada generasi muda karena pemilih terbanyak berasal dari kalangan muda. Oleh karena itu, tantangannya adalah partai Golkar juga harus diisi oleh banyak anak muda. (Gud)

Ikuti Berita Terbaru di Google News