Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati. |
“Ketika seseorang yang menderita TBC batuk atau bersin tanpa
menutup mulutnya, bakteri dapat menyebar ke udara dalam bentuk droplet,” ujar
Ani Ruspitawati, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dalam sebuah wawancara di
Jakarta pada hari Selasa (26/3/2024). Bakteri yang menyebabkan TBC, yaitu
mycobacterium tuberculosis, dapat menyebar melalui droplet ini.
Bakteri ini dapat bertahan di udara selama beberapa jam di
ruangan yang lembap dan gelap sebelum akhirnya dihirup oleh orang lain. Oleh
karena itu, untuk mencegah penularan TBC, masyarakat disarankan untuk memakai
masker saat berada di tempat-tempat ramai dan menutup mulut serta hidung saat
batuk atau bersin dengan menggunakan tisu, sapu tangan, atau bagian dalam
lengan atas.
Selain itu, penting juga untuk memastikan rumah memiliki
sirkulasi udara yang baik dan mendapatkan cukup sinar matahari, serta
mengonsumsi obat-obatan. Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TBC) dianjurkan bagi
mereka yang memiliki kontak dekat dengan pasien TBC dan kelompok berisiko
tinggi seperti pasien HIV/AIDS, tenaga kesehatan, dan warga binaan
pemasyarakatan.
Ani juga menyarankan masyarakat untuk segera mendatangi
fasilitas kesehatan jika mengalami gejala TBC seperti batuk yang
berkepanjangan, baik berdahak maupun tidak. Gejala lainnya termasuk demam dan
meriang dalam jangka waktu yang panjang, sesak napas dan nyeri dada, serta
penurunan berat badan.
Gejala lain yang juga perlu diwaspadai adalah batuk yang
kadang-kadang disertai darah, penurunan nafsu makan, dan berkeringat di malam
hari meski tanpa melakukan aktivitas fisik.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat bahwa pada tahun 2023,
terdapat 60.420 kasus TBC yang dilaporkan di DKI Jakarta. Dari jumlah tersebut,
59.217 merupakan kasus TBC sensitif obat (SO) dan 1.203 (2 persen) lainnya
adalah kasus TBC resisten obat (RO).
TBC SO adalah kondisi di mana bakteri mycobacterium
tuberculosis masih sensitif terhadap obat anti TB (OAT), sedangkan TBC RO
adalah kondisi di mana bakteri telah mengembangkan resistensi terhadap obat
anti TB.
Dari semua kasus TBC SO yang ditemukan, sebanyak 86 persen
telah memulai pengobatan, masih di bawah target nasional sebesar 95 persen. (Ana)
Ikuti Berita Terbaru di Google News