tRbFFwIJXCPvDkjdZ6hw7BrVzKSmv3z6tIDMFXHn
Bookmark

Jumlah Usaha Pertanian di Jateng Menurun, Kecuali UPB dan UTL


PRAKATA.COM - Hasil Sensus Pertanian 2023 tahap pertama yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah telah diumumkan pada Senin (4/12/2023).


Dadang Hardiwan, Kepala BPS Provinsi Jawa Tengah, menyampaikan bahwa hasil sensus tersebut menunjukkan bahwa terdapat 4.366.317 unit usaha pertanian di provinsi ini selama periode 2013-2023.


"Unit usaha pertanian pada 2023 berjumlah 4.366.317 unit. Ini menurun sekitar 13,21 persen dibandingkan dengan 10 tahun sebelumnya, yaitu ST 2013 yang mencapai 5.031.033 unit usaha," ujar Dadang dalam konferensi pers secara online melalui saluran Youtube resmi BPS Jateng.


Ia menjelaskan bahwa dari 4.366.317 unit usaha pertanian di Jawa Tengah, sebagian besar adalah unit usaha pertanian perorangan (UTP) yang berjumlah 4.363.708 unit atau menurun 13,25 persen. Sementara itu, Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (UPB) dan Usaha Pertanian Lainnya (UTL) mengalami peningkatan.


Dadang mengatakan bahwa jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum (UPB) mencapai 285 unit, atau meningkat 26,67 persen dibandingkan dengan 2013 yang hanya 225 unit. Sedangkan jumlah UTL pada 2023 mencapai 2.324 unit, meningkat 297,26 persen dibandingkan dengan 2013 yang hanya 585 unit.


"UPB (mengalami peningkatan) sebesar 26,67 persen. UTL meningkat sebesar 297,26 persen jika kita bandingkan dengan hasil Sensus Pertanian tahun 2013," katanya.


Ia juga menyebutkan bahwa jumlah usaha pertanian berdasarkan subsektor, paling banyak adalah subsektor tanaman pangan, yaitu 2,65 juta unit usaha. Kemudian, diikuti oleh subsektor peternakan 2,28 juta, hortikultura 1,97 juta usaha, perkebunan 1,05 juta, kehutanan 1,04 juta, perikanan 0,25 juta, dan jasa pertanian 0,06 juta unit usaha.


"Kita lihat lebih detail lagi bahwa UTP mendominasi usaha pertanian di semua subsektor. UTP paling banyak ada di subsektor tanaman pangan sebanyak 2,65 juta unit usaha, UPB paling banyak di subsektor peternakan 121 unit usaha, UTL subsektor jasa pertanian 940 unit usaha," paparnya.


Selain itu, Dadang juga menyampaikan bahwa sebaran UTP terbanyak menurut daerah, yaitu di Kabupaten Grobogan sebanyak 289.197 unit atau 6,63 persen dari total UTP di Jateng. Sementara UTP terendah terdapat di Kota Surakarta sebanyak 1.135 unit, atau 0,03 persen dari total UTP.


Ia menambahkan, untuk UTP urban farming yaitu daerah yang mengusahakan lahan pertanian di lahan sempit, dengan sebagian besar tidak di media tanam tanah serta menggunakan teknologi hidroponik, aquaponik, vertikultur dan sebagainya, di Jateng sebanyak 1.953 unit.


"UTP urban farming terbanyak ada di Kabupaten Karanganyar sebanyak 152 unit atau 7,78 persen," ungkapnya.


Sedangkan UTP urban farming terendah sebanyak satu unit di Kota Tegal, atau 0,05 persen dari total urban farming di Jawa Tengah. Selanjutnya, untuk sebaran pengelola UTP menurut kelompok umur, pada 2023 ini terjadi kenaikan proporsi pengelola UTP yang berumur di atas 55 tahun, jika dibandingkan dengan kondisi 2013.


Dadang juga menjelaskan bahwa sebaran petani menurut generasi, petani di Jawa Tengah didominasi generasi X yaitu petani yang lahir pada 1965-1980, dengan perkiraan sekarang berusia 43 tahun-58 tahun ini, mencapai 42,01 persen. Kemudian, diikuti oleh generasi baby boomer yang lahir pada 1946-1964, dengan perkiraan usia 59 tahun-77 tahun (35,37 persen).


"Generasi milenial yang lahir pada tahun 1981-1996 perkiraan usia sekarang 27-42 tahun ini sebesar 18,78 persen," ucapnya.


Masih terkait dengan sebaran petani menurut generasi, Dadang menyatakan bahwa untuk petani generasi pre boomer, lahir sebelum 1945 atau perkiraan usia sekarang lebih dari 78 tahun, berjumlah 2,88 persen. Sedangkan untuk generasi Z lahir 1997-2012, dengan perkiraan usia sekarang 11-26 tahun, ada 0,96 persen.


"Post generasi Z lahir pada tahun 2013 hingga sekarang perkiraan usia sekarang sampai 10 tahun masih 0 persen," pungkasnya. (Ak/Ul/Gud)