![]() |
Barito Hakim Putra. |
Salah satu kisahnya adalah ketika Rasulullah saw. menunjuk
Usamah bin Zaid, seorang pemuda yang belum genap dua puluh tahun, untuk
memimpin pasukan Muslim yang besar dalam sebuah ekspedisi melawan Kekaisaran
Romawi. Usamah bukan hanya seorang pemuda; ia adalah putra Zaid bin Haritsah,
seorang sahabat yang sangat dicintai Rasulullah saw. Penunjukan ini mengejutkan
banyak pihak, terutama para sahabat yang lebih senior, tetapi Rasulullah saw.
tetap teguh pada pilihannya. Di sini, kita melihat bukan hanya kebesaran
pribadi Usamah, tetapi juga keyakinan Rasulullah saw. akan potensi kaum muda
untuk memikul tanggung jawab besar, meski di tengah situasi penuh
tantangan.
Kepercayaan Rasulullah saw. kepada generasi muda tidak
berhenti di medan perang. Sebelumnya, ketika situasi di Mekah semakin sulit,
beliau memilih Mus‘ab bin Umair, seorang pemuda yang baru memeluk Islam, untuk
menjalankan misi diplomasi ke Yatsrib—kota yang kelak dikenal sebagai Madinah.
Mus‘ab diutus untuk mengajarkan Islam kepada penduduk Yatsrib dan membina
hubungan baik dengan mereka. Sebagai pemuda yang pernah hidup dalam kemewahan,
Mus‘ab membuktikan bahwa jiwa muda bisa berubah dan matang, siap menghadapi
tugas besar yang membutuhkan kebijaksanaan dan kesabaran. Hasil dari misi ini
adalah salah satu tonggak terpenting dalam sejarah Islam: penduduk Yatsrib
menerima Islam dan menawarkan kota mereka sebagai tempat perlindungan bagi kaum
Muslimin.
Dalam dua contoh ini, Usamah di medan perang dan Mus‘ab di
jalur diplomasi, dan Rasulullah saw. memberikan pelajaran yang tak ternilai
tentang kepercayaan kepada anak muda. Baginya, usia bukanlah penghalang untuk
memimpin, berjuang, atau menciptakan perubahan. Sebaliknya, dalam diri kaum
muda terdapat semangat, idealisme, dan keberanian yang terkadang memudar pada
mereka yang lebih tua.
Kepercayaan Rasulullah saw. pada kaum muda adalah simbol
dari visinya yang melampaui keberhasilan sesaat. Beliau memandang mereka
sebagai harapan masa depan, sebagai pilar yang akan menopang kelangsungan umat.
Dan inilah pelajaran berharga bagi kita: masa depan tidak dapat dibangun tanpa
memberikan ruang bagi generasi muda untuk belajar, berbuat, dan memimpin.
Sebab, sebagaimana dicontohkan Rasulullah saw., dalam diri
kaum muda tersimpan energi yang siap menggerakkan perubahan besar, jika mereka
diberi kepercayaan dan bimbingan yang tepat.
Sayangnya, banyak pejabat terlalu bangga dengan anak
kandungnya yang berprestasi, padahal tanggung jawab mereka bukan hanya mencetak
keberhasilan pribadi keluarganya. Mereka harus menyadari bahwa tugas utama
mereka adalah mengabdi kepada masyarakat, sebab mereka telah disumpah untuk
sepenuhnya berbakti kepada negeri ini.