![]() |
Sesi Mini Studio 'Market Outlook 2025: Trump Effect, Potensi Dagang, dan Peluang Indonesia' di BCA Expoversary 2025, di Jakarta, Senin (24/2/2025). |
Kebijakan pemerintah serta pertumbuhan populasi produktif
dinilai akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi tahun ini.
“Kebijakan dan program pemerintah dapat memberikan daya
ungkit cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata David
dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (24/2/2025).
Sejumlah sektor seperti properti, transportasi, logistik,
makanan, minuman, hingga kemasan diperkirakan akan terdorong oleh kebijakan
pemerintah dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu,
kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) berpotensi meningkatkan likuiditas di dalam
negeri.
“Tentu yang berhubungan dengan properti, perumahan, ini kan
banyak sekali subsektornya yang berkaitan dengan itu, diperkirakan bergerak
positif. Kemudian ada sektor makanan dan minuman serta subsektor turunannya,
termasuk sektor transportasi, logistik, packaging, kemasan itu juga akan
terpengaruh positif,” ujarnya.
Menurut dia, karakteristik ekonomi Indonesia yang berbasis
konsumsi (consumer-driven economy) akan mendapat dorongan dari
meningkatnya jumlah penduduk produktif yang rata-rata tumbuh 3 persen per
tahun.
“[Sektor] yang kaitannya dengan consumer-driven sector masih
akan bagus. Tapi memang akselerasinya ini perlu katalis baru kalau ingin
mendorong daya beli masyarakat lebih kuat. Kuncinya adalah FDI masuk ke
sektor-sektor yang banyak menyerap tenaga kerja terutama manufaktur. Kalau bisa
masuk ke situ tentunya daya beli masyarakat akan lebih kuat lagi,” terangnya.
Meski optimistis, David mengingatkan bahwa perekonomian
Indonesia pada semester I 2025 masih akan dipenuhi ketidakpastian, termasuk
risiko dari faktor geopolitik, nilai tukar dan kebijakan proteksionis yang
mungkin diambil oleh Presiden AS Donald Trump.
“Uncertainty di globalnya kan masih cukup tinggi ya, tapi
tetap ada beberapa katalis yang saya pikir membuat kita juga optimis. Misalnya
ya, ada kebijakan (pemerintah) kan yang cukup breakthrough,” tutur David.
Sementara itu, Head of Research BCA Sekuritas Andre Benas
menyampaikan optimismenya terkait pasar modal.
Ia memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
berpotensi rebound ke level 7.200 – 7.700 pada 2025, dengan sektor perbankan
sebagai pendorong utama.
“Kalau ditanya sektornya pasti ya kalau kita ekspektasi
pertumbuhan yang paling bagus saat ini masih didorong oleh financial
services, yaitu bank,” kata Andre.
Dalam kondisi pasar yang masih fluktuatif, Andre
mengingatkan investor ritel untuk tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan
investasi dan mempertimbangkan faktor fundamental sebelum menempatkan modal.