Gedung BNI atau BBNI. Foto: Ilustrasi. |
Dia juga mencatat bahwa responsible financing untuk kegiatan
bisnis berkelanjutan, termasuk portofolio hijau, mencapai Rp188 triliun atau 26
persen dari total pinjaman.
Penerbitan obligasi hijau juga telah dimulai pada tahun 2022
sebesar Rp5 triliun, dengan 87 persen hasilnya telah dialokasikan sesuai dengan
proyek hijau.
Dengan berbagai inisiatif tersebut, pihaknya menyematkan
rekomendasi beli saham BNI dengan target harga Rp6.700 per lembar.
Sebagai bank pelat merah, BNI aktif mendukung transisi
hijau. BNI memiliki platform kredit yang diberi nama Sustainable Linked Loan
(SLL) dengan realisasi hingga September 2024 mencapai Rp5,5 triliun untuk
beberapa sektor termasuk agrifood, manufaktur semen, baja, hingga kemasan.
Di sisi lain, nilai portofolio pinjaman hijau BNI sebesar
Rp29,5 triliun per akhir 2020. Apabila dibandingkan dengan kredit tersalur BNI
yang mencapai Rp553 triliun, kontribusinya baru 5 persen. Namun dalam kurun
waktu 4 tahun, nilai portofolio kredit hijau BNI mencapai Rp70,9 triliun atau
10 persen dari total kredit bank per September 2024.
Dengan demikian, pertumbuhan kredit hijau BNI mencapai angka
26 persen per tahun atau konsisten tumbuh double digit. Beberapa sektor yang
turut mendorong pertumbuhan kredit hijau BNI adalah untuk sektor energi baru
dan terbarukan (EBT) atau yang dikenal dengan renewable energy, bangunan hijau
(green building) dan pencegahan polusi.
Mengacu pada data resmi yang diungkap perseroan, kredit untuk sektor EBT tumbuh 21,4 persen per tahun sejak 2020. Di waktu yang sama, kredit yang disalurkan ke green buildings tumbuh 78 persen per tahun dan untuk sektor pencegahan polusi meningkat pesat dengan laju 109 persen per tahun. (zen/ant)
Ikuti Berita Terbaru di Google News & WA Channel