tRbFFwIJXCPvDkjdZ6hw7BrVzKSmv3z6tIDMFXHn
Bookmark

Angka Kemiskinan Ekstrem di Jawa Timur Turun 3,58 Persen, Kebahagiaan Akhir Masa Jabatan Khofifah

Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024, Khofifah Indar Parawansa.
PRAKATA.COM - Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur selama periode 2019-2024, mengumumkan penurunan signifikan dalam tingkat kemiskinan ekstrem di provinsi tersebut sebesar 3,58 persen. Penurunan ini didasarkan pada data yang dikeluarkan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Surat dari Kemenko PMK yang diterbitkan pada 26 Februari 2024 mencatat bahwa ada sembilan kabupaten/kota di Jawa Timur yang berhasil mencapai persentase kemiskinan ekstrem 0% (nol persen), dengan jumlah penduduk miskin ekstrem juga mencapai nol. Kabupaten/kota tersebut adalah Kota Batu, Kota Mojokerto, Kota Probolinggo, Kota Malang, Kota Blitar, Kabupaten Magetan, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Ponorogo.

“Syukur Alhamdulillah, berita ini menambah kebahagiaan saya dan Emil Dardak di akhir masa jabatan kami sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur. Ini menunjukkan bahwa upaya kami melalui berbagai program telah efektif dalam menurunkan angka kemiskinan ekstrem di Jawa Timur,” kata Khofifah di Surabaya.

Khofifah menjelaskan bahwa dalam tiga tahun terakhir (2020-2023), angka kemiskinan ekstrem di Jawa Timur telah turun secara signifikan sebesar 3,58 persen atau sekitar 1.480.140 jiwa. Kemiskinan ekstrem di Jawa Timur telah turun drastis dari 4,4 persen atau sekitar 1.812.210 jiwa pada tahun 2020 menjadi 0,82 persen atau sekitar 331.980 jiwa pada Maret 2023. Akibat penurunan ini, Jawa Timur menerima penghargaan insentif fiskal.

“Syukur Alhamdulillah, Jawa Timur telah menerima insentif fiskal sebesar Rp6,215 miliar. Insentif ini akan kami maksimalkan untuk berbagai program yang ditujukan untuk masyarakat miskin. Mulai dari padat karya tunai, pengadaan air bersih di desa-desa yang rawan kekeringan, pasar murah untuk menekan inflasi, bantuan langsung tunai untuk penyandang disabilitas, dan bantuan pangan bagi PMKS di Panti Sosial,” jelasnya.

Khofifah juga menyoroti beberapa inovasi yang telah dilakukan pemerintahannya dalam upaya menurunkan angka kemiskinan ekstrem. Salah satunya adalah inisiatif Pemprov Jatim dalam Penghapusan Kemiskinan Ekstrem melalui bantuan sosial bagi 22.186 keluarga miskin ekstrem di 15 Kabupaten/Kota, di mana setiap keluarga menerima bantuan senilai Rp1,5 juta yang digunakan sebagai modal usaha.

Selain itu, Pemprov Jatim juga menginisiasi program renovasi rumah tidak layak huni (Rutilahu). Sejak tahun 2019 hingga 2023, telah dilakukan renovasi terhadap 33.745 unit rumah dengan total anggaran sebesar Rp402 miliar bekerja sama dengan Kodam V/Brawijaya dan Lantamal V Surabaya. Selain itu, program elektrifikasi atau penyambungan listrik bagi 16.780 rumah tangga miskin juga telah dilakukan (2019 sampai 2023).

Penurunan kemiskinan ekstrem di Jawa Timur juga didorong oleh peningkatan pendapatan penduduk miskin melalui kegiatan usaha produktif yang didukung oleh permodalan UMKM. Beberapa program tersebut di antaranya Prokesra dengan plafon maksimal Rp50 juta per debitur, telah terealisasi pinjaman murah bagi 8.941 usaha mikro kecil (UMK) dengan subsidi bunga, sehingga pelaku usaha ultra mikro dan mikro hanya menanggung beban bunga pinjaman 3 persen per tahun dengan jangka kredit maksimal 36 bulan.

Khofifah melanjutkan, bantuan usaha untuk pelaku usaha ultra mikro juga telah disalurkan selama tahun 2022 dan 2023 kepada 6.478 orang pelaku usaha mikro dengan nilai antara Rp600 ribu hingga Rp2,2 juta yang pembiayaannya berasal dari Baznas Provinsi Jatim.

Seiring dengan Penyaluran BLT Dana Desa 2023 per November 2023, telah disalurkan kepada 308.155 keluarga penerima manfaat (KPM) senilai Rp935,075 miliar (84,29 persen), di mana Dana Desa untuk BLT minimal 10 persen dan maksimal 25 persen untuk Keluarga kategori Desil 1 data pensasaran percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem (P3KE).

Selain itu, Penyaluran PKH triwulan 2 tahun 2023 telah mencapai 99,40 persen atau sebesar 1.512.592 keluarga penerima manfaat dari total target 1.521.705 keluarga penerima manfaat, dengan nominal bantuan Rp1,121 triliun.

“Insya Allah, jika masyarakat Jatim memberi amanat kepada kami lagi di masa mendatang, berbagai program tersebut akan kami lanjutkan,” tutup Khofifah. (Gud)

Ikuti Berita Terbaru di Google News